HI KNOWLEDGE #1

HI KNOWLEDGE

HI-Knowledge #1

Dinamika Kawasan Indo-Pasifik: Hegemoni Kawasan dan Manuver Politik Australia-Tiongkok

Analisis Dinamika Kawasan Indo-Pasifik berdasarkan Fokus Strategi Keamanan Global

Dibuat oleh: Lintang Cahyani

Dinamika Indo-Pasifik belakangan ini telah menarik perhatian dunia terkait banyaknya permasalahan, konflik dan isu yang terjadi. (Arfa Bahrul Ulum, 2023). Dalam beberapa tahun ini, dunia Internasional menyoroti adanya Manuver Politik Australia yang dengan cepatnya melakukan penandatanganan kerjasama pertahanan baru dengan negara-negara adidaya, yakni Amerika Serikat dan Jepang. Pergeseran arah dukungan Australia yang awalnya berpihak pada Inggris, telah berpindah ke Hegemoni Amerika Serikat yang juga kemudian menjadi salah satu kunci utama terjadinya perubahan dinamika politik keamanan dan maritim di Indo-Pasifik. Selain itu, apabila melihat dari isu persaingan antara Amerika Serikat dan Tiongkok, ternyata hal tersebut berhasil mengantarkan ketegangan konflik antara Australia dan Tiongkok, mengingat hegemoni Tiongkok yang cukup besar di dalam Kawasan Indo-Pasifik dapat mengancam pengaruh kekuasaan Amerika Serikat di wilayah tersebut.

Dinamika Konflik yang terjadi

Sudah menjadi rahasia publik bahwa persaingan antara Amerika Serikat dan Tiongkok di berbagai sektor kian memanas dengan adanya perang dagang yang berkelanjutan. Sebagai negara mitra dagang dengan nilai ekspor yang tinggi, Tiongkok digadang-gadang sebagai partner yang dapat berkontribusi secara signifikan bagi Australia. Hubungan antara keduanya pun semakin dekat dengan ditandatanganinya perjanjian perdagangan bilateral yang berhasil meningkatkan investasi dari Tiongkok ke Australia. Namun, hal ini justru dianggap dapat mengurangi kemandirian ekonomi Australia serta lebih bergantung pada Tiongkok. Akibatnya, Australia mulai melakukan pembatasan terhadap mitra kerjasama nya dan mulai mengikuti Amerika Serikat yang dianggap sebagai 'sosok penolong' ketika Australia mengalami gejolak ekonomi pasca perang dunia 1 dan 2, sejalan dengan tergerusnya hubungan antara Tiongkok dengan Amerika Serikat. Selain itu, tindakan Tiongkok yang agresif terhadap gejolak Laut China Selatan dan rencana pembangunan pangkalan militer di luar wilayah Tiongkok dikhawatirkan oleh Australia dapat mengancam keamanan negara.

Apabila ditelusuri lebih lanjut, kerenggangan yang terjadi dalam hubungan antara Australia dan Tiongkok diyakini bersumbu pada tahun 2016 ketika Australia menerbitkan Australian White Paper yang menuliskan catatan Tiongkok sebagai tantangan yang patut diwaspadai di wilayah Indo-Pasifik (Ni Made Amella Leuca Winata, 2021). Lalu, semakin tersulutnya konflik dilanjutkan dengan agresivitas tuntutan dari Australia kepada Tiongkok untuk menerima putusan arbitrase Laut China Selatan. Bahkan dalam hal ini, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok yakni Wang Wenbin angkat bicara menyatakan bahwa putusan arbitrase tersebut melanggar Hukum Internasional dan Konvensi PBB tentang Hukum Laut.

Selanjutnya pada tahun 2021, Australia menandatangani kerjasama trilateral AUKUS (Australia–United Kingdom–United States) yang didirikan untuk membendung kekuatan dan manuver Tiongkok di Kawasan Indo-Pasifik (Oktavianto, 2023). Pada tahun 2022 Australia juga melakukan penandatanganan kerjasama pertahanan bilateral, RAA (Reciprocal Access Agreement) dengan Jepang untuk memperkuat hubungan serta menyediakan latihan militer gabungan. Selain itu, Amerika Serikat juga merupakan aliansi Australia dalam beberapa organisasi seperti QUAD, SEATO dan ANZUS.

Namun secara khusus, Australia mewaspadai kepemilikan rudal nuklir yang dimiliki Tiongkok sebagai negara yang memiliki pengaruh yang cukup luas di Indo-Pasifik tersebut (Indrawan, 2022). Oleh karena itu, AUKUS hadir untuk memperhitungkan kemungkinan serangan Tiongkok dan memperbaiki kekuatan militer Australia dengan keuntungan yang akan didapatkan melalui kerjasama ini, mulai dari bantuan senjata nuklir hingga kesepakatan terkait kapal selam bertenaga nuklir.

Dampak yang ditimbulkan

Konflik yang terjadi antara Australia dan Tiongkok tidak hanya berdampak pada satu sektor saja tapi keberdampakannya memberikan efek domino tersendiri bagi kawasan Indo-Pasifik. Kondisi ketegangan antara dua negara ini bahkan menimbulkan potensi konflik yang dapat menghancurkan keseimbangan di kawasan serta berimplikasi luas. Isu keamanan regional, stabilitas perdagangan, kebebasan navigasi, penurunan skala perdagangan, hingga dilema keamanan merupakan dampak yang akan terjadi apabila konflik tersebut terus berlanjut. Amerika Serikat sebagai sekutu Australia bahkan dinilai dapat meningkatkan skala kompleksitas konflik yang terjadi akibat intervensinya dalam ketegangan tersebut.

Strategi Keamanan Global: Analisis

Australia sebagai mitra aliansi Amerika Serikat kerap kali menunjukan dukungan yang signifikan terhadap tindakan yang dilakukan AS di Indo-Pasifik guna menyeimbangkan eksistensinya di dunia internasional. Berdasarkan analisis Strategi Keamanan Global, Australia sebagai negara yang berteritorial di Indo-Pasifik tentu saja dinilai memegang peranan yang penting dalam mewujudkan dan menjaga stabilitas keamanan regional. Selain itu, tindakan yang dilakukan oleh Tiongkok selama beberapa tahun terakhir menunjukan ancaman dan kekhawatiran bagi Australia. Contohnya yakni, klaim atas pulau dan SDA yang berada di wilayah Laut China Selatan. Dalam mengatasi hal tersebut, Australia dalam strateginya berusaha meningkatkan skala kerjasama keamanan wilayah dengan negara lain guna melindungi keamanan regional dari manuver militer dan ekonomi yang dilakukan oleh Tiongkok. Di lain sisi, tindakan yang dilakukan Tiongkok dalam hal ini merupakan manuver kepentingan yang bertujuan untuk memperluas pengaruh dan kekuatannya di wilayah Indo-Pasifik.

Kesimpulan

Konfrontasi antara Australia dengan Tiongkok di wilayah Indo-Pasifik diawali dengan kekhawatiran Australia akan ancaman serangan Militer dari Tiongkok terhadap pertahanan negara serta ketergantungan perdagangan dan ekonomi. Selain itu, pengaruh intervensi dari pihak luar, yakni Amerika Serikat juga kemudian dinilai memperburuk kondisi yang sudah ada. Australia dengan sigap menandatangani perjanjian kerjasama militer dengan Amerika Serikat secara kepentingan untuk memperoleh keuntungan di sektor pertahanan. Dampak dari manuver politik dan hegemoni kepentingan itu sendiri sangat banyak bagi kawasan regional maupun kondisi dunia internasional. Kemudian, apabila dianalisis berdasarkan Strategi Keamanan Global, tindakan yang dilakukan Tiongkok merupakan bentuk respon terhadap ancaman stabilitas regional.

 

References

Arfa Bahrul Ulum, R. W. (2023). GEJOLAK INDO-PASIFIK: ANALISIS KEBIJAKAN AUSTRALIA DALAM MERESPON ANCAMAN TIONGKOK DI KAWASAN INDO-PASIFIK. Journal of International Relations, Volume 9, Nomor 1, 413-426.

Indrawan, J. (2022). KONDISI KONFLIK DI INDO-PASIFIK: MEMAHAMI AKAR MASALAH DARI AUKUS HINGGA MANUVER CHINA. Jurnal Review Politik Volume 12, Nomor 1, 134-145.

Ni Made Amella Leuca Winata, C. A. (2021). Strategi Australia Mengakomodir Politik Rivalitas Amerika Serikat dan Tiongkok dalam Australian White Paper 2017. INTERDEPENDENCE JOURNAL OF INTERNATIONAL STUDIES Vol. 2 No. 2 , 88-95.

Oktavianto, F. (2023). IMPLIKASI AUKUS TERHADAP HUBUNGAN EKONOMI AUSTRALIA DAN TIONGKOK TAHUN 2021-2022. BHUVANA: Journal of Global Studies Vol. 1, No. 2 , 185-208.

Mitra Kami

logo unmul2 logo ind2q logo venas3 logo aihii3